MEMAKNAI "BACK TO NATURE''

DALAM PERSPEKTIF PEMUPUKAN MENUJU INDONÉSIA MAKMUR RAYA BERKEADILAN
Oleh : Ir. Joni Riyanto (TS Pupuk danTanah PT Natural Nusantara)

Pertanian organik berteknologi harus tetap berprinsip tepat guna, praktis, menguntungkan secara ekonomi, mampu menjaga dan meningkatkan produktivitas (aspek kuantitas dan kualitas), sertã berkelanjutan menurut pertimbangan lingkungan (aspek kelestarian) dan harus didukung sistem distribusi pangan yang baik. Apabila prinsip-prinsip tersebut dapat terwujud, maka kita pun akan dapat mewujudkan "Indonésia Makmur Raya Berkeadilan"
Meningkatnya dampak kerusakan lingkungan akibat praktek pertanian dengan hight eksternal input (input luar yang tinggí) seperti penggunaan pestisida dan pupuk anorganik "yang tidak bijaksana", telah membawa kesadaran baru bagi segenap pihak yang berkepentingan dengan pembangunan pertanian untuk kembali menyusun strategi baru dalam menanggulangi dampak negatif, meskipun masih terdapat keragaman pada tingkat kesadaran. Salah satu wujud kesadaran tersebut adalah munculnya perencanaan agroekosistem yang kembali pada sistem pertanian organik.

Filofisofi pertanian organik menurut banyak kalangan adalah "back to nature", wacana yang mengemuka terhadap pemahaman filosofi tersebut bahwa budidaya pertanian organik dilakukan serba alami. Misalnya pemupukan menggunakan pupuk alami seperti pupuk kandang, pupuk hijau (tanaman polong-polongan) dankompos.

Pemahaman "back to nature" tersebut adalah benar, tetapi aplikasi dilapangan kenyataannya masih menghadapi banyak kendala, khususnya dalam pemupukan menggunakan pupuk kandang, kompos maupun pupuk hijau. Kendala yang muncul antara lain jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan ideal (dosis ideal 20-40 ton/ha), tingginya biaya produksi (harga beli mahal, membutuhkan biaya transportasi dan tenaga kerja relatif tinggi) sehingga kurang praktis dan kurang ekonomis, kualitas pupuk kandang bervariasi sehingga sulit dibuat standarisasinya, belum lagi sering berisiko mengandung bibit penyakit dan gulma, kompos yang berasal dari limbah rumah tangga sering mengandung logam berat.

Mempertimbangkan berbagai kendala yang dihadapi dalam penerapan pertanian organik (identik dengan pupuk kandang), ancaman penurunan produksi dan terus berkurangnya lahan-lahan produktif, sertã tantangan dan tuntutan masa yang akan datang maka sudah saatnya kita harus menyempurnakan kembali pemaknaan "back to nature", yaitu bahwa pertanian organik yang diterapkan harus tetap diimbangi dengan kekuatan teknologi modern disertai konsep strategi yang tepat. Pertanian organik berteknologi harus tetap berprinsip tepat guna, praktis, menguntungkan secara ekonomi, mampu menjaga dan meningkatkan produktivitas (aspek kuantitas dan kualitas), sertã berkelanjutan menurut pertimbangan lingkungan (aspek kelestarian) dan harus didukung sistem distribusi pangan yang baik. Apabila prinsip-prinsip tersebut dapat terwujud, maka kita pun akan dapat mewujudkan "Indonésia Makmur Raya Berkeadilan".

Indonésia Makmur Raya Berkeadilan sudah menjadi visi bagi PT. NATURAL NUSANTARA (NASA). Untuk mewujudkan visi tersebut NASA hadir dengan sebuah paket solusi. Solusi teknologi NASA dalam bidang pemupukan semuanya memenuhi tuntutan aspek K-3 (Kuantitas, Kualitas dan Kelestarian). Keunggulan teknologi pupuk dari NASA disamping organik murni dan teruji kualitasnya, salah satu keunggulan lainnya adalah mampu menggantikan peran pupuk kandang dalam hal kelengkapan unsur hara, khususnya pemenuhan unsur hara mikronya. Dan berdasarkan bahan bakunya, secara kuantitas dan kontinuitas (keberlanjutan) juga mampu mencukupi kebutuhan total luas lahan di Indonésia, dalam jangka waktu sangat lama (ribuan tahun). Bagi akal sebagian besar manusia mungkin hal ini adalah sekedar mimpi, tetapi kita harus mengingat bahwa saat ini kita hidup dalam jaman teknologi modern, hal yang dianggap tidak mungkin seringkali bisa menjadi mungkin.

Solusi strategi NASA dibidang teknis pemupukan adalah dengan Sistem Gizi Tanaman Terpadu (SGTT) atau Integated Plant Nutrition System (IPNS) atau dapat juga disebut sebagai Pengelolaan Gizi/Nutrisi Terpadu (PGT/PNT), yaitu sistem perpaduan pupuk organik dan pupuk mineral (anorganik), contohnya Urea, TSP, Kcl, tetapi secara berangsur kebutuhan pupuk mineral (anorganik)yang berkadar hara tinggi dapat dikurangi. Dalam SGTT/IPNS penggunaan pupuk organik bertujuan jangka panjang untuk membangun sistem bekalan hara (suplai /cadangan nutrisi) dalam tanah yang baik dan mantap. Penggunaan pupuk mineral bertujuan jangka pendek untuk memasok hara secara segera sambil menunggu berfungsinya bekalan (cadangan) hara yang efektif secara berkelanjutan. Disamping itu penggunaan pupuk mineral (anorganik) yang diimbangi dengan pupuk organik, maka degradasi lahan dapat diminimalisir bahkan teratasi.

Solusi strategi NASA dibidang non-teknis adalah dengan menjalin mitra dengan semua pihak, merumuskan kurikulum bagi pembinaan petani, forum-forum pertemuan dan pelatihan bagi peningkatan sumber daya manusia terutama petani, sistem pengkaderan PPL (Petugas Penyuluh Lapangan) swakarsa mandiri yang handal, pembuatan dan pemanfaatan sarana informasi dan konsultasi melalui media cetak (majalah, lieflet, brosur, buku) dan media lainnya (telphone, faximale, VCD, Handphone, internet), dan berbagai program lainnya.

Ma anda memiliki semangat dan komitmen mewujudkan Indonésia Makmur Raya Berkeadilan, maka tidak ada alasan bagi anda untuk tidak bergabung dengan NASA. Sudah saatnya semua elemen bangsa harus "beraksi nyata, tidak hanya pandai berwacana "guna menuju Indonésia Makmur Raya Berkeadilan. JAYALAH NASA...JAYALAHNEGERIKU. (*powered by crystal x)